1. Motode
Fajans (Indikator Absorbsi)
AgNO3 juga distandarisasi dengan NaCl dengan menggunakan indicator fluorescein.Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara
Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan.
Indikator
yang digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti
cosine
atau fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+.
Titrannya
adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH
tergantung
pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator
absorbsi
adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan
menyebabkan
timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi
pada
titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai
dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam
lapisan
primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3
menyebabkan
ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada
pada
lapisan sekunder.
2. Pembentukan
Endapan Berwarna
Seperti
sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indikator
untuk
titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan
untuk
menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini
terjadi
pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana
digunakan
ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan
dini
dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik
akhir
(TE).
Titrasi
Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara
6,0 –
10,0. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat
dikurangi
karena HCrO4
- hanya
terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan
hidrogen
kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat terjadi
reaksi
:
2H+ +
2CrO4
- ↔
2HCrO4 ↔ Cr2O7
2- +
2H2O
Mengecilnya
konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya
menambah
ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion
kromat
dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya
garam
dikromat cukup dapat larut.
Proses
argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan
endapan
dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan
AgNO3
sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk
menentukan
garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis
garam
ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion
Ag+ sesuai
dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaCL
+ Ag+ → AgCl ↓ + Na+
KCN +
Ag+ → AgCl ↓ + K+
KCN +
AgCN ↓ → K [Ag(CN)2 ]
Karena
AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam
tersebut
dapat digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi
argentometri
terhadap ion CN- tercapai untuk garam kompleks K [Ag(CN)2 ].
Endapan perak klorida (AgCl) yang terbentuk dari
larutan perak nitrat dan natrium klorida dapat digunakan dalam menentukan titik
akhir dalam titrasi volumetrik. Titik akhir tersebut ditandai dengan habisnya
semua klorida diendapkan menjadi perak klorida.
Ketajaman titik ekuivalen
tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan
titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen
agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat
dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar